Powered By Blogger

Rabu, 11 September 2019

Cerita Dewasa Tante Ku Yang Bahenol Bag.1

                                              Cerita Dewasa Tante Ku Yang Bahenol Bag.1
              Cerita Dewasa Tante Ku Yang Bahenol Bag.1
Narasi Sex Tante ku dengan saya ini bermula dari saya pada umur 18 tahun saat masih SMA. Saat itu, sebab niatku yang ingin meneruskan sekolah di Jakarta, saya diberikan pada keluarga sahabat ayahku, seseorang pensiunan perwira ABRI berpangkat Brigjen.

Om Toto, demikian saya memanggilnya, ialah seseorang purnawirawan ABRI yang cukup punya pengaruh, sekarang dia mengurus perusahaan sendiri yang cukup besar. Beberapa anak mereka, Halmi serta Julia yang seusiaku sekarang berada di Amerika semenjak mereka masih berusia 12 tahun. Sedang yang sulung, Sonny kuliah di Jogja.

istri Om Toto sendiri ialah seseorang entrepreneur sukses di bagian ekspor garmen, saya memanggilnya Tante Mirna, wanita wajahnya manis berusia 43 tahun dengan perawakan yang bongsor serta seksi ciri khas ibu-ibu istri petinggi. Semenjak tinggal di dalam rumah istimewa itu saya sering ditugasi mengantarkan Tante Mirna, walau ada dua sopir pribadi tetapi Tante Mirna lebih suka jika saya yang menyetir mobilnya. Lebih aman, tuturnya satu waktu.

Walau keluarga Om Toto kaya raya, nampaknya jalinan di antara ia serta istrinya tidak demikian serasi. Saya seringkali dengar pertengkaran-pertengkaran antara mereka di kamar tidur Om Toto, sering waktu saya melihat tv terdengar pekikan mereka dari ruangan tengah. Sedikitpun saya tidak ingin perduli atas hal tersebut, toh ini bukanlah urusanku, juga saya kan bukan bagian keluarga mereka. Umumnya mereka berkelahi malam hari waktu kedua-duanya saling baru pulang kerja. Terakhir bahkan juga terdengar berita jika Om Toto punyai beberapa wanita simpanan. “Ah untuk apa memikirkannya” benakku.

Satu hari di bulan Oktober, Bi Surti, Siti (beberapa pembantu), Mang Darja serta Om Edi (supir), pulang kampung ambil jatah berlibur mereka bertepatan waktu Lebaran. Sesaat Om Toto serta Sonny pergi liburan ke Amrik sekalian menengok ke-2 anaknya disana. Tante Mirna masih repot mengatasi bisnisnya yang sedang naik daun, dia seringkali tidak pulang, sampai di dalam rumah itu tinggal saya sendiri. Perasaanku demikian merdeka, tidak ada yang mengamati atau melarangku untuk melakukan perbuatan apa di dalam rumah besar serta elegan itu. Mereka memintaku tunda agenda pulang kampung yang telah jauh-beberapa hari kurencanakan, saya menyetujui saja, toh mereka baik serta ramah padaku.

Malamnya saya duduk di muka tv, tetapi tidak satupun acara TV itu menarik perhatianku. Saya termenung sesaat pikirkan apa yang akan kuperbuat, telah tiga hari tiga malam semenjak keberangkatan Om Toto, Tante Mirna tidak terlihat pulang ke rumah. Maklumlah bisnisnya level tingkat internasional, jadi tidak bingung jika mungkin ini hari dia berada di Hongkong, Singapore atau dimana-mana. Saat melamun saya melirik mengarah almari besar di samping pesawat TV monitor super lebar itu. Mataku tertuju pada rack piringan VCD yang berada di sana. Selekasnya kubuka sekalian pilih film-film bagus. Tetapi yang paling membuat saya menelan ludah ialah satu flm dengan cover depan wanita telanjang. Tidak kulihat tentu judulnya tetapi langsung kupasang dan…, “wow!” batinku kegirangan demikian lihat adegannya yang wah. Seseorang lelaki wajahnya hispanik sedang menggauli dua wanita sekaligus juga dengan bermacam style.

Tidak lama kemudian saya telah larut dalam film itu. Penisku telah semenjak barusan mengeras seperti batu, justru karena sangat kerasnya berasa sakit, saya sesaat melepas celana panjang serta celana dalam yang kukenakan serta menggantinya dengan celana pendek yang longgar tanpa ada CD. Saya duduk di sofa panjang depan TV serta kembali nikmati adegan untuk adegan yang makin membuatku edan. Justru tanganku sendiri meremas-remas batang kemaluanku yang makin tegang serta keras. Terlihat penis besarku sampai menyembul ke atas melalui pinggang celana pendek yang kupakai. Cairan kentalpun telah berasa mengalir dari sana.

Tetapi belum juga lima belas menit, sebab begitu asik saya sampai tidak menduga Tante Mirna telah ada di luar ruangan depan sekalian mendesak bel. Ah, saya lupa tutup pintu gerbang depan sampai Tante Mirna dapat sampai disana tanpa ada sepengetahuanku, untung pintu depan terkunci. Saya masih punyai peluang mematikan power off VCD Player itu, serta tentu saja dikit mengendalikan nafas yang masih tegang ini supaya dikit lega.

“Kamu belum tidur, Di?”, sapanya demikian kubuka pintu depan.

“Belum, tante”, hidungku mencium berbau ciri khas minyak wangi Tante Mirna yang elok.

“Udah makan?”.

“Hmm…, belum sich, tante telah makan?”, saya coba balik menanyakan.

“Belum tuch, tetapi tante baru saja dari rumah rekan, trus di jalan baru memikirkan makan, so tante pesan dua paket antaran di KFC, kamu ingin?”.

“Mau dong tante, tetapi mana paketnya, belum hadir kan?”.

“Tuh kan, kamu tentu asik di kamar karena itu tidak dengarkan jika pengantar makanannya hadir dikit lebih dini dari tante”.

“ooo”, jawabku ****.

Tante Mirna berlalu masuk kamar, kuperhatikan dia dari belakang. Uhh, bodynya benar-benar membuat deg-degan, atau sebab saya barusan tonton BF yah?

Mari, kita makan..”, ajaknya selanjutnya, mendadak dia ada dari kamarnya telah bertukar baju dengan satu daster putih longgar tanpa ada lengan serta berdada rendah.

“Ya ampun Tante Mirna”, batinku berteriak tidak yakin, baru kesempatan ini saya memerhatikan wanita itu. Kulitnya putih bersih, dengan betis yang woow, berbulu melawan tentulah punyai nafsu seksual yang liar, itu kata temanku yang pengalaman seksnya tinggi. Buah dadanya terlihat menyembul dibalik gaun itu, ditambah lagi waktu dia mengambil langkah di sampingku, samar-samar dari pojok mataku kelihatan BH-nya yang putih.

“Uh.., apa ini dikarenakan film itu?”, batinku . Khayalku mulai kurang ajar, masukkan bayangan Tante Mirna ke adegan film barusan.Narasi Sex Tante

“Hmm..”, Tidak sadar mulutku keluarkan suara itu.

“Ada apa, Di?”, Tante Mirna memandangku dengan alis berkerut.

“Nnggg…, tidak apa-apa tante..”, Saya jadi dikit grogi. Oh mukanya, mengapa baru saat ini saya memandangnya demikian cantik?

“Eh.., kamu ngelamun yah, ngelamunin siapa sich? Pacar?”, tanyanya.

“Nggak ah tante”, dadaku berhembus sekejap pandangan mataku tertuju pada belahan dadanya.

“My god, bagaimana rasa-rasanya jika tanganku sampai datang di permukaan buah dadanya, mengelus, rasakan kelembutan payudara itu, ooohh”, lamunan itu terus merayap.

“Heh, ayo…, makanmu lho, Di”.

“Ba…, bbbbbaik tante”, jelas sekali saya terlihat grogi.

“Nggak umumnya kamu seperti gini, Di. Ingin narasi tidak sama tante”.

My god, ia ingin saya katakan apa yang saya lamunkan? Susumu tante, susumu!

Pelan-pelan sekalian terus melamun kadang-kadang bicara kepadanya, pada akhirnya makananku habis juga. Saya kembali pada kamar serta langsung menghempaskan badanku ke tempat tidur. Belum juga terlepas bayangan badan Tante Mirna. “Gila! Edan! Mengapa wanita paruh baya itu membuatku gila”, pikirku tidak habis habisnya. Umurnya terpaut benar-benar jauh denganku, saya baru 18 tahun…, dua puluh lima tahun dibawahnya. Ah, kenapa harus kupikirkan.

Saya mengambil langkah ke meja computer di kamarku, coba melupakannya. Sesaat saya telah terlihat mulai tenang, perhatianku sekarang pada e-mail yang akan kukirim pada rekan-rekan netter. Saya memang hoby korespondensi lewat internet. Tetapi tiba-tiba pintu kamarku diketuk di luar.

“Di.., Didi.., ini Tante”, terdengar suara tante seksi eh Mirna menyebut.

“Ah..”, saya bergerak bangun dari korsi itu serta buka pintu, “Ada apa, tante?”.

“Kamu dapat buatin tante kopi?”.

“ooo.., dapat tante”.

“Tahu hasrat tante toh?

“Iya tante, umumnya saya lihat Siti”,
jawabku singkat serta langsung ke arah ke dapur.

“Tante nantikan di ruangan tengah ya, Di”.

“Baik, tante”
Baca Juga :Menikmati Nikmat Nya Sek Janda
Gelas yang kupegang itu nyaris jatuh waktu kulihat apa yang sedang dilihat Tante Mirna di monitor TV. Pelan-pelan tanganku menempatkan gelas berisi kopi itu dalam suatu meja kecil di samping Tante Mirna, lalu siap-siap untuk pergi meninggalkannya.

“Didi..”

“Ya…, tante”.

“Kamu jika habis pasang film semacam ini lain waktu masukin ke tempatnya yah”.

“mm…, ma…, ma…, maaf tante…” saya tergagap, ditambah lagi lihat Tante Mirna yang bicara tanpa ada lihat ke arahku. Betul-betul saya merasakan seperti maling yang tertangkap basah.

“Di…”, Tante Mirna menyebut, kesempatan ini dia memandangi, saya tundukkan muka, tidak kubayangkan kemolekan badan istri Om Toto itu. Saya betul-betul takut.

“Tante tidak dengan maksud geram lho, di…”, byarrr hatiku lega .

“Sekarang jika kamu ingin tonton, ya sama-sama sudah saja di sini, toh telah waktunya kamu belajar mengenai ini, agar tidak kuper”, ajaknya.

“Wooow…”, kepalaku secepat kilat kembali memikirkan tubuhnya. Saya duduk di sofa samping tempatnya. Mataku seringkali melirik badan Tante Mirna dibanding film itu.

“Kamu kan telah 18 tahun, Di. Ya tidak ada kelirunya jika tonton beginian. Apalagi tante kan tidak biasa lho tonton yang beginian sendiri..”.

Apa kalimat itu bermakna undangan? Atau kupingku yang salah dengar? Oh my god Tante Mirna mengusung samping tangannya serta menumpukan lengannya di sofa itu. Dari sela gaun dibawah ketiaknya kelihatan jelas bukit payudaranya yang masih berlapis BH.

Ukurannya betul-betul membuatku menelan ludah. Tempat duduknya beralih, kakinya disilangkan sampai daster itu dikit terungkap. Wooow, betis dengan bulu-bulu halus itu. Hmm, Wanita 40-an itu betul-betul melawan, muka serta tubuhnya seperti sekali dengan entrepreneur Dewi Motik, cuma Tante Mirna terlihat dikit lebih muda, bibirnya lebih sensual serta hidungnya lebih mancung. Saya tidak pahami mengapa wanita paruhbaya ini demikian terlihat memesona di mataku. Tetapi mungkinkah…? Tidak, ia ialah istri Om Toto, orang yang akhir-akhir ini benar-benar memperhatikanku. Saya di sini untuk belajar…, atas ongkos mereka.., ah persetan!

Tante Mirna tiba-tiba mematikan VCD Player serta mengalihkannya ke satu TV swasta.
“Lho… kok?”.

“Ah tante jemu ngeliatin itu terus, Di…”.

“Tapi kan..”.

“Sudah jika ingin kamu pasang saja sendiri di kamar..”, mukanya masih biasa saja.

“Eh, ngomong-ngomong, kamu hampir satu tahun di sini yah?”.

“Iya tante…”.

“Sudah punyai pacar?”, dia bergerak minum kopi yang kubuatkan buatnya.

“Belum”, mataku melirik mengarah belahan daster itu, nampaknya ada sela yang cukup untuk lihat payudara besarnya. Tidak sadar penisku mulai berdiri.

“Kamu tidak cari begitu?”, dia mulai melirik kadang-kadang ke arahku sekalian tersenyum.

“Alamaak, senyumnya.., oh singkapan daster sisi bawah itu, uh Tante Mirna.., pahamu”, teriak batinku waktu tangannya tanpa ada menyengaja membuka belahan gaun dibagian bawah itu. Menyengaja ataukah tidak sich?

“Eeh Di.kamu ngeliatin apaan sich?”.

Blarrr…, mungkin ia paham jika saya sedang berkonsentrasi melihat satu-satu sisi tubuhnya, “Nngggak kok tante tidak ngeliat apa-apa”.

“Lho mata kamu sepertinya mandangin tante terus? Adakah yang salah sama tante, Di?”, ya ampun dia paham jika saya sedang asik memandanginya.

“Eh…, mm…, anu tante…, aa…, aanu…, tante…,tante”, kerongkonganku seperti tercekat.

“Anu apa…, ah kamu ini ada saja, mengapa..”, matanya makin terukur pada selangkanganku, bangsat saya lupa gunakan celana dalam. Patut Tante Mirna tahu jika penisku tegang.

“Ta…, ta…, tante cantik sekali..”, saya tidak bisa mengatur kata-kataku. Serta astaga, bukanlah geram, Tante Mirna justru dekati saya.

“Apa…, tante tidak salah dengar?”, tuturnya 1/2 berbisik.

“Bener kok tante..”.

“Tante yang seumur ini kamu katakan cantik, ah dapat saja. Atau kamu ingin suatu dari tante?” dia menggenggam pundakku, berasa demikian hangat serta duh gusti buah dada yang semenjak barusan kuperhatihan itu sekarang cuma beberapa cm saja dari wajahku. Apa saya dapat menyentuhnya, come on man! Ia istri Om Toto batinku mengatakan.

Tangannya masih ada di pundakku samping kiri, saya masih tidak bergerak. Menunduk malu tidak dapat mengatur pikiranku yang berkecamuk. Harum semerbak parfumnya makin merayu nafsuku untuk melakukan perbuatan suatu. Kuberanikan mataku melirik lebih jelas mengarah belahan kain daster berbunga itu. Wow…, sekilas kulihat bukit di selangkangannya yang ahh, kembali saya menelan ludah.

“Kamu belum jawab pertanyaan tante lho, Di. Atau kamu ingin tante jawab sendiri pertanyaan ini?”.

“Nggak kok tante, sss.., sss…, saya jujur jika tante memang cantik, eh.., mm…, menarik”.

“Kamu tidak pernah mengenal cewek yah”.

“Belum, tante”.

“Kalau tante kasih pelajaran bagaimana?”.

Inilah yang saya nantikan, ah persetan ia istri Om Toto. Kira saja ini pembalasan Tante Mirna kepadanya. Serta juga…, oh saya ingin selekasnya rasakan badan wanita.

“Maksud tante…, apa?”, lanjutku menanyakan, pandangan kami berjumpa sesaat tetapi saya selekasnya mengubah.

“Kamu kan tidak pernah pacaran nih, bagaimana jika kamu tante ajarin triknya nikmati wanita…”.

“Ta…, tetapi tante”, saya masih sangsi.

“Kamu takut sama Om Toto? Tenang…, yang berada di rumah ini hanya kita, lho”.

“This is excellent!”, teriakku dalam hati. Puncak dicinta ulam juga datang. Batinku terus berteriak tetapi badanku seperti tidak bisa kugerakkan.

Sesaat kami berdua terdiam.

“Coba sini tangan kamu”, saya memberi tanganku kepadanya, my goodness tangan lembut itu sentuh telapak tanganku yang kasarnya meminta ampun.

“Rupanya kamu memang tidak pernah nyentuh wanita, Di. Tante tahu kamu baru bergerak remaja serta tante tahu mengenai itu”, Mengatakan demikian sekalian mengelus punggung tanganku, saya merinding dibuatnya, sesaat dibawah, penisku yang semenjak barusan telah tegang itu mulai keluarkan cairan sampai memperlihatkan titik basah pas di permukaan celana pendek itu.

“Tante tahu kamu terangsang sama film itu. Tetapi tante perhatiin akhir-akhir ini kamu seringkali diam-diam memandangi badan tante, benar kan?”, dia seperti menyergapku dalam satu perangkap, tangannya terus mengelus punggung telapak tanganku. Saya betul-betul merasakan seperti maling yang tertangkap basah, tidak sepatah kata yang dapat kuucapkan.

“Kamu kepingin pegang dada tante kan?”.

Daarrr! Dadaku seperti pecah…, mukaku mulai memerah. Saya sampai lupa dibawah sana adik kecilku mulai melempem turun. Dengan semua tersisa tenaga saya beranikan diri membalas pandangannya, memaksakan diriku ikuti senyum Tante Mirna.Dan…, astaga…, Tante Mirna membimbing telapak tanganku mengarah payudaranya yang menggelembung besar itu.

“Ta…, ta…, tante…, ooohh”, suara itu keluar demikian saja, serta Tante Mirna cuma lihat tingkahku sekalian tersenyum. Adikku bangun serta langsung seperti ingin meloncat keluar dari celana dalamku. Istri Om Toto itu melotot mengarah selangkanganku.

“Waaww…, besar sekali punyai kamu Di?”, serunya lalu secepat kilat tangannya memegang kemaluanku selanjutnya mengelus-elusnya. Dengan reflek tanganku yang semula malu-malu serta lebih dulu ada di permukaan buah dadanya bergerak meremas dengan benar-benar kuat sampai memunculkan desah dari mulutnya.

“aahh…, mm remas sayang ooohh”.

Masih tidak yakin akan semuanya, saya mengubah tubuh ke arahnya serta mulai menggerakkan tangan kiriku. Saya makin berani, kupandangi muka istri Om Toto itu dengan cermat.

“Teruskan, Di…, membuka pakaian tante”, permpuan itu mengangguk perlahan. Matanya berbinar waktu lihat kemaluanku tersembul dari sela celana pendek itu. Kancing dasternya kulepas satu-satu, sisi dadanya terbuka lebar. Masih dengan tangan gemetar saya mendapatkan ke-2 buah dada yang berlapis BH putih itu. Perlahan saya mulai meremasnya dengan lembut, ke-2 telapak tanganku kususupkan melalui BH-nya.

“mm…, tante..”, saya menggumam rasakan kelembutan buah dada besar Tante Mirna yang sepanjang satu bulan paling akhir ini cuma jadi impianku saja. Jari jemariku berasa demikian nyaman, membelai lembut daging kenyal itu, saya memilin puting susunya yang demikian lembutnya.

Akupun makin berani, BH-nya kutarik ke atas serta wooww…, ke-2 buah dada itu membuat mataku betul-betul jelalatan.

“Mm…, kamu telah mulai pandai, Di. Tante ingin kamu ..”, Belum juga kalimat Tante Mirna habis saya telah mengarahkan mulutku ke pucuk bukit kembarnya serta “cruppp…”, sedotanku langsung terdengar demikian bibirku datang di permukaan puting susunya.

“Aahh…, Didi, ooohh…, sedooot teruuus aahh”, tangannya makin mengeraskan genggamannya pada batang penisku, celana pendek itu semenjak barusan dipelorotnya ke bawah. Kadang-kadang kulirik ke atas sekalian terus nikmati puting buah dadanya satu-satu, Tante Mirna terlihat tenang sekalian tersenyum lihat tingkahku yang seperti monyet kecil menetek pada induknya. Jelas Tante Mirna telah memiliki pengalaman sekali. Batang penisku tidak cuma diremasnya, dia mulai mengocok-ngocoknya. Samping tangannya menekan-nekan kepalaku mengarah dadanya.

“Buka baju dahulu, Di” dia menarik pakaian kaos yang kukenakan, saya melepas gigitanku pada puting buah dadanya, lalu celanaku di lepaskannya. Dia sesaat berdiri serta melepas gaun dasternya, sekarang saya bisa lihat badan Tante Mirna yang bahenol itu dengan jelas. Buah dada besar itu bergelantungan benar-benar melawan. Serta bukit antara ke-2 pangkal pahanya masih tertutup celana dalam putih, bulu-bulu halus terlihat menjalar keluar dari arah selangkangan itu. Dengan agresif tanganku menjamah CD-nya, langsung kutarik sampai terlepas.

“Eeeiiit…, ponakan tante telah mulai nakal yah”, tuturnya genit makin menghidupkan nafsuku.

“Saya tidak tahan ngeliat badan tante”, dengusanku masih terdengar makin keras.

“Kita kerjakan di kamar yuk..”, ajaknya sekalian menarik tanganku yang semula telah datang di permukaan selangkangannya.

“Shitt!” makiku dalam hati, barusan saya ingin rasakan lembutnya bukit di selangkangannya yang mulai basah itu.

Tante Mirna langsung merebahkan tubuh dalam tempat tidur itu. Tetapi mataku sesaat tertuju pada photo Om Toto dengan pakaian kehormatan militernya.

“Ta…, tetapi tante”

“Tapi apa, ah kamu, Di” Tante Mirna melotot.

“Tante kan istri Om Toto”.

“Yang katakan tante istri kamu siapa?”, saya dikit kendor mendengarnya.

“Saya takut tante, malu sama Om Toto”.

“Emangnya di tempat ini ada camera yang dapat disaksikan dari LA? Didi, Didi.., Kamu tidak perlu ucap nama bangsat itu deh!”, intonasi suaranya meninggi.

“Trus bagaimana dong tante?”, saya lebih tidak pahami.

“Sudahlah Di, kamu kerjakan saja, kamu telah lama kan inginkan ini?” saya tidak dapat menjawab, sesaat mataku kembali melihat selangkangan Tante Mirna yang sekarang terbuka lebar. Hmm, persetan darimanakah dia paham saya telah menunggu ini, itu masalah belakang.

Saya langsung menindihnya, dadaku melekat pada ke-2 buah payudara itu, kelembutan buah dada yang dahulunya cuma ada pada imajinasi itu saat ini melekat ketat di dadaku. Bibir kamipun sekarang berjumpa, Tante Mirna mengisap lidahku dengan lembut. Uhh, enaknya, tanganku menyelinap antara dada kami, meraba-raba serta meremas ke-2 belahan susunya yang besar itu.

“mm…, ooohh…, tante Mirna…, aahh”, kegelian bersatu nikmat waktu Tante Mirna menggabungkan kecupannya di leherku sekalian menggesekkan selangkangannya yang basah itu pada penisku.

“Kamu ingin sedot susu tante ?”, tangannya meremas sendiri buah dada itu, saya tidak menjawabnya, bibirku merayap mengarah dadanya, bertopang pada tangan yang kutekuk sekalian berupaya mendapatkan susunya dengan bibirku. Lidahku mulai kerja liar menelusuri bukit kenyal itu senti untuk senti.

“Hmm…, pandai kamu Di, ooohh..” Desahan Tante Mirna mulai terdengar, walau serak-serak ketahan enaknya jilatanku pada putingnya yang lancip.

Saat ini kamu ke bawah sayang..”.

Saya yang telah terikut nafsu berat itu menurut saja, lidahku menjalar cepat mengarah pahanya, Tante Mirna membukanya lebar serta semerbak aroma selangkangannya makin mengundang birahiku, saya jadi makin edan. Kusibak bulu-bulu halus serta lebat yang menutupi wilayah vaginanya. Uhh, liang vagina itu terlihat telah becek serta kelihatannya berdenyut, saya ingat apa yang perlu kulakukan, tidak sia-sia saya seringkali diam-diam tonton VCD porno. Lidahku menjulur lalu menjilati vagina Tante Mirna.

“Ooouuuhh…, kamu cepat sekali belajar, Di. Hmm, nikmatnya jilatan lidah kamu…, ooohh ini sayang”, dia menunjuk satu daging yang seperti biji kacang dibagian atas kemaluannya, saya mengisapnya keras, lidah serta bibirku mengaduk-aduk isi liang vaginanya.

“ooohh, yaahh…, enaak, Di, pandai kamu Di…, ooohh”, Tante Mirna mulai menjerit kecil rasakan sedotanku pada biji kacang yang terakhir kutahu bernama clitoris.

Ada seputar tujuh menit lebih saya bermain di wilayah itu sampai kurasakan mendadak dia menjepit kepalaku dengan keras antara pangkal pahanya, saya hampir-hampir tidak bisa bernafas.

“Aahh…, tante tidak kuaat aahh, Didiii”, teriaknya panjang bersamaan tubuhnya yang menegang, tangannya meremas sendiri ke-2 buah dadanya yang semenjak barusan bergoyang-goyang, dari liang vaginanya mengucur cairan kental langsung bersatu air liur dalam mulutku.

“Uffff…, Di, kamu pandai bener. Seringkali tonton yah?” dia memandangku genit.

“Makasih Di, sampai kini tante tidak sudah pernah mengalaminya…, terima kasih sayang. Saat ini berikan tante peluang istirahat sesaat saja”, dia lalu mengecupku serta bergerak mengarah kamar mandi.

Saya tidak tahu harus lakukan apa, senjataku masih tegang serta keras, cuma sudah sempat mendapatkan sentuhan tangan Tante Mirna. Batinku semakin tidak sabar ingin cepat menumpahkan air maniku ke vaginanya. Masih jelas bayangan badan telanjang Tante Mirna beberapa waktu yang lalu…., ahh saya meloncat bangun serta ke arah ke kamar mandi. Kulihat Tante Mirna sedang mengguyur tubuhnya dibawah shower.

“Hmm, kamu telah tidak sabar ya?” dia ambil handuk serta mendekatiku. Tangannya langsung mendapatkan batang penisku yang masih tegang.

“Woooww…, tante baru sadar jika kamu punyai segede ini, Di…, ooohhmm”, dia berjongkok di hadapanku. Saya menumpukan badan pada dinding kamar mandi itu serta secepat kilat Tante Mirna masukkan penis itu ke mulutnya.

“Ohh…, nikmat Tante Mirna ooohh…, ooohh…, ahh”, geli bersatu nikmat membuatku seperti melayang-layang. Baru kesempatan ini punyaku masuk ke alatnya wanita, ternyata…, ahh…, lezatnya 1/2 mati. Penisku terlihat makin tegang, mulut mungil Tante Mirna hampir tidak bisa menampungnya. Sesaat tanganku turut bergerak meremas-remas payudaranya.

“uuuhh… punyai kamu ini lho, Di…., tante jadi nafsu nih, yuk kita lanjutin lagi”, tangannya menarikku kembali pada tempat tidur, Tante Mirna seperti lihat suatu yang demikian mengagumkan. Wanita 1/2 baya itu langsung merebahkan diri serta buka ke-2 pahanya mengarah bersimpangan, mataku kembali lagi melotot mengarah belahan vaginanya. mm…, kusempatkan menjilatinya semenit lalu dengan terburu-buru saya tindih tubuhnya.Narasi Sex

“Heh…, sabar dong, Di. Jika kamu gelagapan gini dapat cepat keluar nantinya”.

“Keluar apa, Tante?”.
Baca Juga :Ngentot Sama Abang Ipar 
“Nanti kamu paham.kamu mengerti sendiri, deh” tangannya mendapatkan penisku antara pahanya, kakinya ditekuk sampai badanku terjepit salah satunya. Perlahan sekali ibu jari serta telunjuknya tempelkan kepala penisku di bibir kemaluannya.

“Sekarang kamu tekan pelan-pelan sayang…, Ahhooowww, yang perlahan sayang oh punyai kamu segede kuda tahu!”, liriknya genit waktu rasakan penisku yang baru 1/2 masuk itu.

“Begini tante?”, dengan berhati-hati kugerakkan , perlahan sekali, rasa-rasanya seperti masuk lubang memek yang benar-benar sempit.

“Tarik dahulu dikit, Di…, yah tekan . Pelan-pelan…, yaahh masuk sayang ooohh besarnya punyai kamu…, ooohh”.
“Suka sayang ooohh, saat ini kamu goyangin…, mm…, yak begitu terus tarik, aahh…, perlahan sayang vagina tante rasanya…, ooouuuhh ingin robek, mmhh…, yaahh tekan sayang…, ooohh…, hhmm…, enaakkk…, ooohh”.

“Kalau sakit katakan saya yah tante?”, kusempatkan mengendalikan pergerakan, nampaknya Tante Mirna bisa menikmatinya, matanya memejam.

“Hmm…, ooohh..”, Tante Mirna sekarang ikuti gerakanku. Pinggulnya seperti berdansa ke kiri kanan. Liang vaginanya makin bertambah licin saja. Penisku semakin lama semakin lancar, kupercepat goyanganku sampai terdengar bunyi selangkangannya yang becek berjumpa pangkal pahaku. Plak.., plak.., plak.., plak.., aduh enaknya wanita 1/2 baya ini. Mataku merem melek memandangi muka keibuan Tante Mirna yang masih saja keluarkan senyuman. Nafsuku makin jalang, gerakanku yang semula enjoy sekarang tidak memiliki irama. Buah dadanya terlihat bergoyang kesana kemari, mengundang bibirku berlaga.

“ooohh sayang kamu buas sekali. hmm…, tante senang yang ini, ooohh…, genjot terus mm”.

“Uuhh tante nikmat tante…, mm tante cantik sekali ooohh..”.

“Kamu suka sekali susu tante yah? ooohh sedooot teruuus susu tanteee aahh…, panjang sekali peler kamu ooohh, Didiii…, aahh”.Jeritannya makin keras serta panjang, denyutan vaginanya makin berasa menjepit batang penisku yang makin berasa keras serta tegang.

“Di..?”, dengusannya naik turun.

“Yah uuuhh ada apakah tante…”.

“Kamu bener-bener hebat sayang…, ooowwww…, uuuhh.., tan.., tante.., ingin keluar hampiiirr…, aahh…”, pergerakan pinggulnya yang liar itu makin tidak karuan, tidak berasa telah lima belas menit kami bergelut.

“ooohh memang enaak tante, ooohh…, Tante Mirna. Tante Mirna, ooohh…, tante, ooohh…, sangat nikmat tante, ooohh..” saya bahkan juga tidak pahami apa tujuan kata “keluar” itu. Saya cuma perduli pada diriku, kesenangan yang baru pertama-tama kurasakan seumur hidup. Tidak kuhiraukan badan Tante Mirna yang menegang keras, kuku-kuku tangannya menerkam punggungku, pahanya menjepit keras pinggangku yang sedang asik naik turun itu, “aahh…, Di.., diii…, tante ke…luaarrr laagiii…, aahh”, vagina Tante Mirna berasa berdenyut keras sekali, seperti memijit batangan penisku serta uuhh dia menggigit pundakku sampai kemerahan. Kepala penisku seperti tersiram cairan hangat di liang rahimnya. Tidak lama kemudian dia lemas .

“Tante lelah? Maaf tante jika saya kelewatan..”.

“mm…, tidak demikian Di, yang ini namanya tante orgasme, bukan kamu yang salah kok, malah kamu hebat sekali…, ah, nanti kamu paham.kamu mengerti sendiri deh…, kamu nantikan semenit saja yah, uuuhh hebat”.

Saya tidak tahu harus katakan apa, penisku masih menancap di liang kemaluan Tante Mirna.

“Kamu peluk tante dong, mm”.
“Ahh tante, saya bisa lanjutin tidak sich?”.

“Boleh, asal kamu jangan goyang dahulu, nantikan sampai tante bangun , sebentaar saja. Mainin susu tante saja ya?”.

“Baik tante…”.

Kau tidak sabar ingin secepatnya rasakan enaknya “keluar” seperti Tante Mirna. Dia masih diam saja sekalian memandangiku yang repot sendiri dengan puting susu itu. Sesaat selanjutnya kurasakan liang vaginanya kembali bereaksi, pinggulnya dia gerakkan

“Di..”.

“Ya tante?”.

“Sekarang tante ingin puasin kamu, kasih tante yang di atas ya, sayang…, mmhh, pintar”.

Tempat kami kembali. Sekarang Tante Mirna tunggangi tubuhku. Perlahan-lahan tangannya kembali membimbing batang penisku yang masih tegang itu masuk liang kenikmatannya, serta uuuhh berasa lebih masuk.

Tante Mirna mulai bergoyang perlahan-lahan, payudaranya terlihat semakin besar serta makin melawan dalam tempat ini. Tante Mirna berjongkok di atas pinggangku menaik-turunkan pantatnya, kelihatan jelas bagaimana penisku keluar masuk liang vaginanya yang kelihatan penuh sesak, sampai bibir kemaluan itu kelihatan benar-benar kencang.

“ooohh enaak tante…, oooh Tante Mirna…, oooh Tante Mirna…, ooo tante…, hmm, enaak sekali…, ooohh..” ke-2 buah payudara itu seperti berayun keras ikuti irama turun naiknya badan Tante Mirna.

“Remeees susu tante sayang, ooohh…, yaahh.., pandai kamu…, ooohh…, tante tidak yakin kamu dapat semacam ini, ooohh…, pandai kamu Didi ooohh…, ganjal kepalamu dengan bantal ini sayang”, Tante Mirna mendapatkan bantal yang berada di samping kirinya serta memberinya padaku.

“Maksud tante agar saya bisa…, crup.., crup..”, mulutku mencengkeram puting panyudaranya.

“Yaahh sedot susu tante sayang…, mm.., yak demikian teruuus yang kiri sayang ooohh”.

Tante Mirna tundukkan tubuh supaya ke-2 buah dadanya dapat dijangkau mulutku. Decak becek pertemuan pangkal paha kami makin terdengar seperti tetesan air, liang vaginanya makin licin saja. Entahlah telah berapakah puluh cc cairan kelamin Tante Mirna yang meluber membasahi dinding vaginanya. Mendadak saya ingat adegan filn porno tadi kulihat, “yap…, doggie model!” batinku berteriak kegirangan, tiba-tiba saya meredam goyangan Tante Mirna yang tengah asik.

“Huuuhh…, ooohh ada apakah sayang?”, nafasnya tersenggal.

“Saya ingin gunakan style yang berada di film, tante”.

“Gaya yang mana, yah…, terdapat beberapa tuch?”.

“Yang dari belakang trus tante nungging”.

“Hmm…, tante ngerti…, boleh”, tuturnya singkat lalu melepas gigitan vaginanya pada penisku.

“Yang ini tujuan kamu”, Tante Mirna menungging pas di depanku yang masih terduduk.

“Iya tante..” Hmm lezatnya, pantat Tante Mirna yang besar serta belahan bibir memek nya yang memerah, saya langsung ambil tempat serta tanpa ada permisi menyusupkan penisku dari belakang. Kupegangi pinggangnya, samping tanganku mendapatkan buah dada besarnya.

“ooohh…, nggg…, yang ini hebaat Di…, ooohh, genjot yang keras sayang, ooohh…, lebih keras lagi…, uuuhh..”.

“ooohh tante…, taannn..teee…, ooohh…, nikmat tante Mirnaii..”.

Kepalanya menggeleng keras kesana kemari, saya rasa Tante Mirna sedang berupaya nikmati style ini dengan semaksimal mungkin. Teriakannyapun semakin ngawur.

“ooohh…, jangan semakin lama sayang tante ingin keluar oooh..” saya hentikan pergerakan serta mencabut penisku.

“Baik tante sekarang…, mm, coba tante berbaring menghadap ke samping, kita tuntaskan dengan style ini”.

“Goodness! Kamu telah mulai pandai sayang mmhh”, Tante Mirna mengecup bibirku.

Perintahkupun diturutinya, dia seperti tahu apa yang saya kehendaki. Dia menghempaskan badannya kembali serta berbaring menghadap ke samping, samping kakinya terangkat serta mengangkang, saya selekasnya tempatkan pinggangku salah satunya. Buah penisku siap-siap .

“aahh tante…, uuuhh…, sangat nikmat, ooohh…, tante saat ini Tante Mirna, ooohh…, saya tidak tahan tanteee…, enaak…, ooohh”.
“Tante Didi…, Didi…, Didi sayaanggg, ooohh…, keluaar samaan sayaang oooh” kami berdua berteriak panjang, badanku berasa bergetar, ada sebentuk daya yang maha hebat berjalan cepat lewat tubuhku ke arah bawah perut serta, “Craat…, cratt…, craatt…, crattt”, entahlah berapakah kali penisku menyemburkan cairan kental ke rahim Tante Mirna yang terlihat alami hal sama, selangkangan kami sama-sama menggenjot keras. Tangan Tante Mirna meremas sprei serta menariknya keras, bibirnya dia gigit sendiri. Matanya terpejam seperti rasakan suatu yang benar-benar hebat.
Baca Juga : Nikmat Nya Perawan Tetangga 
Beberapa waktu kemudian kami berdua terkapar lemas, Tante Mirna memelukku erat, kadang-kadang dia mencium mesra. Tanganku nampaknya masih suka membelai lembut buah dada Tante Mirna. Kupintir-pintir putingnya yang sekarang mulai lembek. Mataku memandangi muka manis wanita paruh baya itu, walau umurnya telah berkepala empat tetapi saya masih bernafsu memandangnya. Mukanya masih memperlihatkan kecantikan serta keanggunannya. Walau terlihat kerutan kecil di leher wanita itu tapi…, aah, persetan dengan itu semua, Tante Mirna ialah wanita pertama yang mengenalkan saya pada kesenangan seksual. Bahkan juga dibandingkan Devi, Rani, Shinta serta rekan sekelasku lainnya, wanita paruh baya ini tambah lebih menarik.

“Tante tidak sangka kamu dapat sekuat ini, Di..”.

“Hmm…”.

“Betul ini baru yang pertama-tama kamu kerjakan?”.

“Iya tante..”.

“Nggak sudah pernah sama pacar kamu?”.

“Nggak punyai tante…”.

“Yang bener saja ah”.

“Iya bener, tidak bohong kok, tante…, tante tidak kapok kan ngajarin saya yang beginian?”.

                                     BACA JUGA CERITA SEX DEWASA 

                            Hubungi Contact Kam Di :
                   Link Alternatif : https://jeruk88.com
                            Referral Link : Daftar Sini
                         WhatsApp +6281358840484
                            Email : indo@88csn.com

1 komentar:

  1. Raih Kemenangan Besar Anda Disitus PINO POKER, Hanya Dengan Modal Rp.20.000 Anda Bisa Menangkan Jackpot Jutaan Rupiah Setiap Harinya !!!
    ✅10 GAMES DALAM 1 USER ID
    ✅ BONUS TURN OVER 0.3%
    ✅ BONUS REFFERAL 15%
    ✅ WIN RATE GAME 96,9%
    ✅ 100% PLAYER Vs PLAYER ( NO ROBOT & ADMIN )
    ✅ Minimal Deposit Bank : Rp 20.000 (BCA MANDIRI BNI BRI DANAMON DLL)
    ✅ Minimal Deposit Pulsa : TELKOMSEL ( Rate 0.85 )
    ✅ Minimal Deposit Pulsa : XL ( Rate 0.70 )
    ✅ Support E-Cash : GOPAY , DANA , OVO , LINK
    Berapapun Kemenangan Bosku Pasti Akan Kami Bayar dan Kita Proses Dengan Cepat !!!
    Hanya Disitus PINO POKER Yang Memberikan JACKPOT dan BONUS TURN OVER Yang FANTASTIS Loh !!! Ayo Tunggu Apalagi Buruan Daftarkan dan Mainkan Langsung Disitus Resmi PINO POKER Dibawah Ini melalui :
    WWW.PINOPKR88.COM
    WHATSAPP +855 962509904

    BalasHapus